Bekasi  

Pernyataan Sikap Relawan Cahaya Bekasi: Kritik Bukan Alasan untuk Menghina Marwah Daerah

H. Rahmat Gunasin (H Boksu)
filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; captureOrientation: 90; brp_mask:0; brp_del_th:null; brp_del_sen:null; delta:null; module: photo;hw-remosaic: false;touch: (-1.0, -1.0);sceneMode: 2;cct_value: 0;AI_Scene: (-1, -1);aec_lux: 0.0;aec_lux_index: 0;albedo: ;confidence: ;motionLevel: -1;weatherinfo: null;temperature: 43;

trinusa.or.id – Kabupaten Bekasi, 2 Mei 2025 – Menyikapi beredarnya poster ajakan aksi yang menampilkan foto Bupati Bekasi dengan mata ditutup lakban hitam, Relawan Cahaya Bekasi menyampaikan keprihatinan mendalam atas bentuk penyampaian kritik yang dinilai tidak etis dan cenderung merendahkan simbol pemerintahan daerah.

Sebagai elemen masyarakat sipil yang aktif dalam pengawasan sosial, Relawan Cahaya Bekasi menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah anti terhadap kritik. Namun, bentuk penyampaian kritik yang mengarah pada simbolisasi penghinaan terhadap kepala daerah sama sekali tidak mencerminkan etika demokrasi yang sehat.

“Kami menilai poster tersebut bukan hanya mencoreng wajah kepala daerah, tetapi juga mencoreng wibawa Kabupaten Bekasi sebagai entitas pemerintahan. Menutup mata kepala daerah dengan lakban hitam adalah bentuk simbolik dari pelecehan, bukan kritik,” ujar Koordinator Relawan Cahaya Bekasi.

Membedakan Kritik dan Penghinaan

Dalam pernyataan tertulis yang dikirimkan ke redaksi Trinusa.or.id, Relawan Cahaya Bekasi menegaskan bahwa kritik adalah bagian penting dari demokrasi, namun harus disampaikan dengan etiket, substansi, dan tanggung jawab sosial.

Visualisasi yang digunakan dalam poster tersebut berpotensi menimbulkan kesan bahwa Bupati Bekasi tidak peduli atau menutup mata terhadap permasalahan daerah, tanpa disertai data, konteks, maupun penjelasan yang objektif. Hal ini, menurut mereka, justru dapat menjadi fitnah visual yang berpotensi melanggar hukum, khususnya dalam konteks Pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama baik.

Seruan Moral: Kritis, Santun, dan Bermartabat

Relawan Cahaya Bekasi menyerukan agar seluruh elemen masyarakat, khususnya para pegiat sosial dan aktivis, menjunjung tinggi nilai-nilai kritik yang santun, berbasis fakta, dan mengedepankan martabat dalam menyuarakan aspirasi. Mereka juga mengajak agar perbedaan pandangan tidak diekspresikan dalam bentuk visual yang provokatif dan merendahkan.

“Bupati adalah simbol pemerintahan daerah. Setiap penghinaan terhadapnya mencerminkan penghinaan terhadap marwah daerah itu sendiri. Kita boleh kecewa, tetapi bukan berarti bebas menghina,” tegas mereka.

Penutup: Membangun Bekasi Tanpa Kebencian

Di akhir pernyataannya, Relawan Cahaya Bekasi kembali menegaskan bahwa membangun Kabupaten Bekasi membutuhkan partisipasi semua pihak, bukan polarisasi dan penghinaan. Setiap aspirasi yang disampaikan secara dewasa, bijak, dan terarah akan jauh lebih berpengaruh dibandingkan ekspresi emosional yang memecah belah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *